Langsung ke konten utama

Jangan Paksakan Diri


Ini pemandangan seberang lokasi tempat orang mencuci motor. Syahdu suasananya. Bagi orang swasta, bekerja adalah setiap hari, jika hari Minggu mereka perlu uang, maka mereka bekerja. Jika mereka capek dan itu hari Rabu, mereka bisa meliburkan diri. Pekerjaan orang swasta bebas, mereka menentukan masa depan mereka sendiri. Juga tergantung minat pasar pada mereka. Maka dari itu, hidup mereka selalu bebas. Bisa menentukan hidup sendiri tanpa paksaan. Mungkin dipaksa petugas ketertiban saja jika mereka melanggar peraturan pemerintah daerah setempat.

Namun jika orang pegawai negeri atau nasibnya tergantung oleh orang lain yang menjadi bos?, mereka mungkin tenang karena setiap bulan dapat gaji. Jika terlambat mungkin mereka ngamuk, protes dan demo. Akhirnya si bos dipukuli dan dimarahi oleh massa, itu paling mentok dan ekstrim. Jika orang swasta yang punya pegawai, ya pastinya mereka akan bersikap sebaik mungkin agar tidak didemo. Unik memang jika mereka mau libur. Langsung saja libur, pegawainya yang kerja buat mereka. Si bos tinggal pikirkan strategi bisnis saja dan uang gaji bulanan.

Hidup memang pilihan. Pilih jadi bos atau buruh?. Semua tergantung keahlian, keberanian dan komunitas yang mempengaruhi. Sangat beruntung orang yang ahli lalu ia berani dan disemangati oleh komunitas mereka yang selalu positif. Pundi-pundi duit pasti dapat. Tunggu menunggu waktu. Maka, keinginan umroh, naik haji, beli rumah dan beli mobil akan tercapai. Tapi perlu diingat ya, beli barang sesuai keahlian yang dimiliki dan kapasitas modal. Jangan memaksakan kehendak. Nanti kecewa di kemudian hari.

By Rizki Wibisono 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Potongan Kisah di Tiap Momen

Saya suka melihat foto yang saya ambil. Foto segelas kopi gula aren ini saya ambil waktu di cafe. Cafenya di area kantor. Yang punya bisnis adalah cucu perusahaan dimana saya bekerja. Jadi asyik saja gitu. Ingin ngopi yang seperti orang ya tinggal ke bawah saja. Membayar pakai uang digital di aplikasi. Aplikasinya milik perusahaan juga. Perusahaan saya ngasih uang makan per bulan di aplikasi itu. Jadi jika mau makan, tinggal buka aplikasi dan bayar, sama seperti QRIS. Metode bayar digital dari Indonesia. Jika saldo Rp 50.000, harga kopi Rp 20.000, saldo tersisa Rp 30.000. sangat sederhana. Sesi kepenulisan ini saya menikmati, posisinya di mall, sedang menunggu waktu tonton film. Film yang saya sukai rilisnya dan sequelnya. Mission Impossible tahun 2025. Bisa saja bagi saya nonton di web yang tidak berbayar alias gratis. Tapi kelamaan. Jadi bayar nonton di bioskop tidak masalah. Toh uang ada. Uang dari nabung maksudnya. Uang yang lebihan dan bisa dianggap sebagai uang letih atas bekerja...

Jangan Beli Crypto & Bitcoin, Tidak Ada Underlayingnya

Sabtu pagi ini memang cerah. Banyak orang berduit mengisi waktunya dengan rehat sejenak. Menikmati masa hidup dengen gelimang harta di sebuah instrumen investasi bernama saham. Namun di suatu waktu di masa depan, akan terjadi dimana dunia tidak memakai lagi yang bernama digital. Semua serba manual. Maka alat tukar yang masih bisa bertahan adalah emas.  Beruntung yang memiliki tabungan Dinar dan dirham. Kedua alat itu sah untuk alat tukar, sehingga beli barang apa saja bisa. Namun jika aset berupa digital, ini sangat susah. Jika terjadi sebuah trouble/masalah, maka aset akan hilang. Maka cara orang dulu dan ditambah dengan sabda Nabi sebagai dasar adalah sah untuk selalu diikuti.  Digital itu ada kaitannya dengan handphone, jika handphone hilang, kita lupa ingatan maka semua aset akan hilang, inilah yang dinamakan risiko besar. Jika beli emas, maka saudara kita tahu, istri tahu anak tahu, jika nauzubillah kita hilang ingatan, maka saudara bisa membantu untuk mengingatkan, menar...

Mengubah Sistem Cacat

Demokrasi yang sehat tidak lahir dari transaksi, melainkan dari partisipasi yang sadar dan bermartabat. Namun, realitas hari ini menunjukkan bahwa biaya pemilu yang tinggi telah mendorong praktik politik transaksional, di mana suara rakyat dipertukarkan dengan janji atau materi, bukan visi dan integritas. Ini bukan sekadar masalah teknis, melainkan krisis nilai. Untuk mengatasi ini, kita perlu solusi yang menyentuh tiga lapisan: *1. Reformasi Sistem Pemilu* - ๐Ÿ’ฐ _Pembatasan dan transparansi dana kampanye_: Negara perlu memperketat regulasi pembiayaan politik, termasuk pelaporan dana kampanye secara real-time dan audit publik. - ๐Ÿงพ _Subsidi kampanye berbasis kualitas_: Calon yang lolos seleksi berbasis rekam jejak dan visi bisa mendapat dukungan logistik dari negara, bukan dari sponsor pribadi yang berpotensi menuntut balas jasa. *2. Pendidikan Politik Rakyat* - ๐Ÿ“š _Literasi demokrasi sejak dini_: Kurikulum sekolah harus mengajarkan nilai-nilai demokrasi, bukan sekadar prosedurnya. - ๐Ÿ“ฃ...