Rasa-rasanya jika tidak menulis itu ada yang hilang. Entahlah menulis apa juga tidak masalah, namun pastikan ada nilai tambah bagi diri sendiri. Itu yang penting.
Bicara soal foto di atas, itu adalah foto ikonik di Banjarmasin, bangunan yang menjadi ikon khas kota Banjarmasin. Menara pandang. Kenapa saya harus foto itu? Ini menandakan saya adalah orang yang dibesarkan di Banjarmasin, lahirnya saja di Surabaya, darahnya darah Jawa. Di besarkan dari keluarga berdarah Jawa. Namun jelas terpapar bin terpengaruh oleh budaya Banjar. Bahasa dan logat bicara saya juga asli Banjar. Orang juga bakal mengira saya sebagai orang Banjar, tapi bakal bingung jika melihat nama Wibisono. Itu khas orang Jawa namanya.
Tinggalkan soal asal usul saya. Tidak terlalu penting.
Sekarang melompat berbicara soal mobil. Teman istri saya sudah berganti mobil. Mungkin itu mobil pribadinya, sebab teman istri saya itu adalah laki-laki yang punya istri bekerja sebagai guru PNS juga. Secara pandangan orang umum, pasti kalangan menengah ke atas. Sudah jelas. Kalau saya lihat, mobil pertama mereka adalah asli dari mobil orang tuanya, bagi saya tak ada soal tentang itu, tidak ada yang perlu dibanggakan jika membawa harta orangtua. Kecuali sebaliknya. Namun jika asli membeli barang dengan harta sendiri, dari hasil mata pencaharian sendiri, itu yang saya salut. Berarti mereka berhasil beli barang pribadi dari jerih payaj keringat sendiri. Terlepas soal kredit atau beli cash, itu urusan mereka. Kalau kredit kan itu bukan pilihan saya, jika itu beli barang. Namun jika rumah mungkin masih dipertimbangkan. Sebab harga rumah sekarang sungguh luar biasa tidak masuk akal bagi pekerja bergaji Upah minimum regional. Sehingga mereka kebanyakan mengambil kredit untuk beli rumah di bank.
Saya hanya berdoa, agar saya bisa beli rumah di waktu yang tepat. Allah pasti mengabulkan doa hambaNya. Namun yang jelas, 20 tahun dari sekarang saya percaya, aset saya akan mencapai 5 Milyar dengan usaha yang saya jalani yakni berinvestasi dan berusaha di bidang yang saya sukai.
Apakah saya ada halangan untuk mewujudkannya?, jelas ada. Yaitu diri sendiri. Musuh paling besar adalah ego dan kemalasan yang ada dalam diri.
By Rizki Wibisono
Komentar
Posting Komentar