Bagus kan? Ini saya dapatkan sepulang ke Surabaya. Kemarin baru sampai. Mudik memang melelahkan di perjalanan. Apalagi pada saat sampai rumah. Debu banyak. Seprei springbed kotor. Perlu di sedot debunya, seprei perlu diganti. Motor wajib dipanaskan. Jika tidak, besok tidak bisa digunakan. Mainan anak berdebu. Lantai kotor, wajib di pel pakai pembersih.
Tapi tidak mengapa.
Yang menjadi obat adalah gambar di atas. Syukurlah bisa mengambil momen penting itu. Pemandangan yang diberi Sang Maha Indah. Saya suka. Saya terkesima. Dan ini wajib dibagikan pada khalayak umum.
Oiya, kemarin saya lihat status teman. Teman kantor tepatnya. Dia masih muda. Sekitar 24 tahun. Belum menikah, mempesona, tapi saya melihat keganjilan dalam pola pikirnya. Kesannya masih mencari jati diri pada beberapa bidang yang ia suka. Nampaknya dia suka investasi, kuliah level lanjutan, bersolek, Instagram, dan finansial. Bagi saya sih boleh saja membahas itu semua. Tapi apakah tidak capek?. Manusia kan ada batasan. Seharusnya dia fokus satu bidang saja. Lalu dibahas sampai detail, dengan senjata rasa penasaran yang tinggi. Itu bagi saya lebih bagus. Dan saya lihat amati, keinginan untuk menikah belum ada. Apa peduli saya pada keinginan dia? Terlalu bodoh jika memikirkan keinginan orang lain yang manfaatnya tidak ada bagi saya.
Sebenarnya ini menjadi pelajaran bagi saya. Berarti saya masih memikirkan hal yang tidak pentin. Itulah yang namanya manusia. Ada salah dan keliru. Hingga terbuanglah waktu yang ada. Yang harusnya bisa digunakan untuk hal yang penuh manfaat. Misalnya karya tulisan. Mungkin bisa menjadi pengaruh jika hal itu dialihkan ke kegiatan kepenulisan. Jadi buku lalu dijual kan jadi duit.
Itulah manusia. Keliru tempatnya.
By Rizki Wibisono
Komentar
Posting Komentar