Langsung ke konten utama

Pahlawan Islam

Saya tidak terlalu bingung dengan kota Gaza. Memang menjadi tempat mercusuar pengambilan wilayah. Jika hendak kuasai dunia maka wilayah yang pertama diambil wajib wilayah Syam. Bukan yang lain, sebab sejarah mengatakan hal demikian.

Saya ingat dengan nama pahlawan Islam, Salahudin Al Ayyubi. Pembebas kota Yerussalem. Filmnya bisa dilihat di Kingdom of Heaven. Seru, menegangkan, dan tentu ajarkan kebaikan dalam mempelajari sejarah.

Jika saya punya anak kedua, saya usulkan pada istri dengan nama Salahudin Al Ayyubi, Ahmad Hanif Salahuddin, atau Muhammad Ayub Salahuddin. Itu jika punya anak laki-laki. Jika disetujui saya sangat suka, jika tidak ya tidak apa-apa. Intinya saya terngiang-ngiang terus dengan nama pahlawan Islam yang berhati baik ikuti ajaran syariat Islam. Rugi tidak ambil kesempatan berikan nama anak dengan nama tersebut.

Memberi nama anak dengan nama pahlawan Islam jangan gegabah. Harus sesuai dengan didikan. Harapannya kan bagus. Maka usahanya juga harus maksimal dan bagus. Berikan pendidikan Islam. Jangan beri nama anak Islam tapi didikannya bukan Islam. Itu keliru. Itu bodoh. Minim pengetahuan namanya. Orangtuanya perlu tobat segera.

Harapannya kita sebagai orangtua pada anak itu wajib bagus, sudah menjadi kewajiban. Sebab merekalah yang antarkan kita ke surga nanti. Yang mendoakan kita nanti ketika kita sudah meninggal dan berpindah alam.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Menulis

Pada awalnya saya ingin menuliskan sesuatu yang membuat semua orang tertawa, tapi makin kesini tulisan saya mengikuti apa kata hati saya. Saya memiliki hati yang mau berbuat A, pasti tulisannya mengarah ke A juga. Tulisan terjadi dari sebuah proses bacaan dan pengalaman hati. Jika hati berkata B maka tulisan juga rasanya memiliki rasa B. Suatu saat saya akan bisa menyimak tulisan saya sendiri berdiri di kaki sendiri di blog saya sendiri. Justru malah hebat dibandingkan beberapa tahun lagi. Bahkan seabstrak mungkin pasti akan dimengerti orang banyak nanti. Semua ini perlu waktu, bahkan perlu ketelatenan. Menulis itu sangat susah bagi yang belum pernah mencoba. Bahkan jika ingin menulis di IPad yang justru kita jarang menamainya, hasilnya justru tidak baik. Sama halnya dengan bermain gitar, jika sudah membeli tapi jarang berlatih, itu tidak akan berhasil. Percuma membeli tapi tidak dipakai untuk belajar dan bahkan memegangnya saja tidak pernah. Itu sungguh kacau. Dunia ini as

Menulis

Jujur saya bingung, tulisan apa yang dampaknya besar?. Boleh jadi tulisan yang sering diterbitkan dan disosialisasikan. Mungkin itu sudah jadi formula paten. Hanya saja belum banyak yang melakukannya. Padahal soal itu menjadi formula yang baik bagi calon penulis. Penulis yang sudah mapan dari segi apapun mengetahui bahwa menulis adalah caranya di kenal manusia banyak di permukaan bumi ini. Jika raga sudah tidak ada di bumi, maka hasil karya yang menjadi senjatanya. Bahkan dapat mengubah dunia dengan mempengaruhi orang lain. Saya awalnya bingung, hendak menjadi penulis abadi dengan juga menjadi pegawai swasta ataukah menjadikan profesi penulis sebagai hobi saja, yang dimana dapat duit maka itu sudah menjadi syukur yang tiada terkira. Memang betul, menulis itu dikembalikan lagi dengan alasan dasar. Alasan dasar itulah yang menjadi bekal bertahan. Jika alasan dasarnya tidak kuat, menjadi penulis itu seperti musiman saja. Jika ada mood maka melakukan. Jika tidak mood, maka sant

Menilai Misteri Manusia

Tulis saja jangan ragu, tulis saja jangan pedulikan, jika konsisten maka akan menjadi sebuah tulisan dan sikap.  Saya bersyukur bisa menulis. Saya bersyukur punya iPad. Saya juga bersyukur bisa menebak apa kehendak keesokan hari saya ini. Mau ini dan itu asal bersabar dan ada usaha maka akan terkabulkan. Akan tunai hajat.  Dunia ini memang penuh emosi. Kehendak manusia beraneka ragam, sehingga membuat saya kadang bingung sendiri. Tapi tenang saja, saya tidak marah, yang saya takutkan adalah saya tidak melakukan apapun, yang dimana hanya bisa duduk saja. Jauhkan bala melakukan hal tiada manfaat itu. Soal tiada manfaat, teringat pula dengan sosok manusia yang pernah berkenalan dengan saya. Panggil saja dia X, kelakuannya mungkin sudah berubah saat ini karena sudah bekerja dia itu. Jika dulu, ya salam, sungguh tidak pas untuk ditiru. Paling banyak omong ya dia, paling sering buat jengkel ya dia. Goblok akademik ya dia juga. Persis sekali dengan manusia yang tidak diharapkan ada. Namun kal