Perjalanan saya begitulah menyenangkan. Begitulah membawa hati ini makin terambung. Bak hujan ketemu tanah, kerinduannya melihat tanah yang kering kerontang. Seperti itu pula saya sebagai hujan menuju tanah.
Alhamdulillah saya bisa kembali ke Surabaya selepas selesai lakukan tugas perusahaan. Yang berjudul assessment terminal.
Di sana saya lampirkan gambar jalan kota Bima, yang disebut kota tepian laut. Di jalan sama lah saya terkesima lihat deburan ombak pantai yang menghantam dermaga kota. Saya betul terkesima juga dengan hembusan angin pantai.
Lembah di atas jalan kota Bima saat ini sudah menghijau. Unik dan sakral. Tanda hendak musim panen lagi. Jika musim panen tiba, truck lebih banyak lagi seliweran. Tanda mereka angkut hasil bumi ke Jawa, orang Jawa membeli dengan harga wajar. Tentu mereka (orang Jawa) bawa kapal dari pulanya. Menuju Bima.
Bima memang kotanya hasil bumi jagung, kacang tanah dan aneka tanaman lainnya. Alangkah indah lagi jika saya melihat proses angkut mengangkut hasil Bumi kota Bima menuju Jawa. Katanya periode akhir Desember sampai dengan Maret. Ah indahnya.
Maka pelabuhan-pelabuakan sibuk. Melayaninya proses bongkar dan muat barang dari kapal untuk dibingkar dan menuju kapal untuk dimuat.
Kalau ini foto saya sudah sampai bandara Kota Bima. Bandara yang sederhana. Melayani penumpang kecil yang akan dibawa menggunakan pesawat baling-baling. Penumpang nya juga tidak terlalu banyak. Sebab masih sedikit orang yang mau ke Bima. Mungkin daya tarik wisata dan event yang belum menggoda mata warga dunia. Perlu effort yang keras untuk wujudkan itu.
Waktu menunggu di ruang waiting room cukup sebentar saja bagi saya. Waktu sebentar itu saya isi dengan kerjakan tugas demi tugas, agar tidak terkesan menumpuk yang bisa pusingkan otak. Tak terasa suara megaphone speaker memanggil. Bergegas saya menuju pesawat.
Komentar
Posting Komentar