Langsung ke konten utama

Live in a Democratic System


I actually have doubts about the democratic system and the holders of the democratic system.  Social inequality  is  clearly visible  everywhere.  Either, this may be the  public perception  or the  perception of a group of human beings betrayed  by the regime.

I understand that to be great and become king  of a country, it  requires sincerity and competence as a statesman.   To be a statesman is really  to be a public servant. The basic law is just like that.

I feel the  environment I live in now is so half toxic. Among the citizens of the communityt especially in urban areas feel khawatir for crime.  Evidently they put a fence on each of the houses.  It was also among them that  there were those who forgot the  key to the  fence, the result was that the motorcycle was lost taken by thieves.

The end result   of the excessive worry attitude is very natural, because many people with  good faces turn out to be doing evil  deeds.  There  is actually a  man with a sinister face,  but  his kindness is so extraordinary.

  Life in  a democratic system shows us that inexperienced and knowledgeable  human beings can choose their own leaders, even if they do not know the vices of    the leader. Actually this carries a  huge  risk. This is  because it is too big to prioritize the  opinion of "every human being can speak out".

It is clear, then, that in the realm of a democratic system, the fight of good people  who are always vocal will fight with the  voices of unkind-hearted   people  who also continue to speak out. What's  bad is that good people  choose silence  because they have antipathy.  This is    predicted  to make the world around us worse.

For  a democratic system, it takes many good people  who continue to speak out and loudly dispel negative points  of view.  For  it will make our dwellings protected by   evil perspectives. So how?  are you ready to be a good  person  and at the same time keep making a sound?.  I'm sure you're a  part of it.

 

***

Saya sebenarnya ragu dengan sistem demokrasi dan pemegang sistem demokrasi. Terlihat jelas ketimpangan sosial di manapun. Entahlah, ini mungkin persepsi publik atau persepsi sekelompok manusia yang di khianati oleh rezim.

Saya mengerti bahwa untuk menjadi hebat dan menjadi raja sebuah negeri maka diperlukan sifat ikhlas dan kompetensi sebagai negarawan. Menjadi negarawan sejatinya adalah menjadi pelayan publik. Hukum dasarnya memang seperti itu.

Saya merasakan lingkungan yang saya huni sekarang begitu setengah toksik. Di antara warga masyarakat terutama di perkotaan merasa khawatir atas kejahatan. Terbukti mereka pasang pagar di masing-masing rumah. Itu juga di antara mereka ada yang lupa kunci pagar, hasilnya sepeda motor hilang diambil pencuri. 

Hasil akhir dari sikap khawatir yang berlebih itu sangatlah wajar, sebab banyak orang yang berwajah baik ternyata melakukan perbuatan jahat. Justru ada manusia ber wajah seram, akan tetapi baik hatinya begitu luar biasa. 

Kehidupan di sistem demokratis menunjukkan pada kita bahwa manusia yang tidak berpengalaman dan memiliki ilmu sedikit bisa memilih pemimpin mereka sendiri, walau mereka tidak mengetahui sifat buruk pemimpinnya. Sebenarnya ini menyimpan risiko yang sangat besar. Hal ini disebabkan terlalu besar mengutamakan pendapat "setiap manusia boleh bersuara".

Maka telah jelas, di alam sistem demokrasi, pertarungan orang baik yang selalu bersuara akan bertarung dengan suara orang berhati tidak baik yang juga terus bersuara. Yang menjadi buruk adalah orang baik memilih diam karena sudah antipati. Ini di prediksi akan menjadikan dunia sekitar kita akan menjadi lebih buruk.

Untuk sistem demokrasi, diperlukan banyak orang baik yang terus bersuara dan lantang menghalau sudut pandang yang negatif. Sebab hal itu akan menjadikan tempat tinggal kita dilindungi oleh perspektif jahat. Jadi bagaimana? sudah siap menjadi orang baik dan sekaligus terus bersuara?. Saya yakin Anda menjadi salah satu bagiannya.

 

*Wibi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Potongan Kisah di Tiap Momen

Saya suka melihat foto yang saya ambil. Foto segelas kopi gula aren ini saya ambil waktu di cafe. Cafenya di area kantor. Yang punya bisnis adalah cucu perusahaan dimana saya bekerja. Jadi asyik saja gitu. Ingin ngopi yang seperti orang ya tinggal ke bawah saja. Membayar pakai uang digital di aplikasi. Aplikasinya milik perusahaan juga. Perusahaan saya ngasih uang makan per bulan di aplikasi itu. Jadi jika mau makan, tinggal buka aplikasi dan bayar, sama seperti QRIS. Metode bayar digital dari Indonesia. Jika saldo Rp 50.000, harga kopi Rp 20.000, saldo tersisa Rp 30.000. sangat sederhana. Sesi kepenulisan ini saya menikmati, posisinya di mall, sedang menunggu waktu tonton film. Film yang saya sukai rilisnya dan sequelnya. Mission Impossible tahun 2025. Bisa saja bagi saya nonton di web yang tidak berbayar alias gratis. Tapi kelamaan. Jadi bayar nonton di bioskop tidak masalah. Toh uang ada. Uang dari nabung maksudnya. Uang yang lebihan dan bisa dianggap sebagai uang letih atas bekerja...

Jangan Beli Crypto & Bitcoin, Tidak Ada Underlayingnya

Sabtu pagi ini memang cerah. Banyak orang berduit mengisi waktunya dengan rehat sejenak. Menikmati masa hidup dengen gelimang harta di sebuah instrumen investasi bernama saham. Namun di suatu waktu di masa depan, akan terjadi dimana dunia tidak memakai lagi yang bernama digital. Semua serba manual. Maka alat tukar yang masih bisa bertahan adalah emas.  Beruntung yang memiliki tabungan Dinar dan dirham. Kedua alat itu sah untuk alat tukar, sehingga beli barang apa saja bisa. Namun jika aset berupa digital, ini sangat susah. Jika terjadi sebuah trouble/masalah, maka aset akan hilang. Maka cara orang dulu dan ditambah dengan sabda Nabi sebagai dasar adalah sah untuk selalu diikuti.  Digital itu ada kaitannya dengan handphone, jika handphone hilang, kita lupa ingatan maka semua aset akan hilang, inilah yang dinamakan risiko besar. Jika beli emas, maka saudara kita tahu, istri tahu anak tahu, jika nauzubillah kita hilang ingatan, maka saudara bisa membantu untuk mengingatkan, menar...

Bertugas

(Suasana mau berangkat menuju bandara di subuh hari) (Suasana di bandara, proses melakukan pengecekan barang) Dasarnya jika kita berangkat kerja itu adalah ibadah, menunjukkan performa hebat profesionalisme, dan tujuan akhir perlu dikejar. Sebab kita tidak tahu namanya penilaian orang pada kita sendiri. Lebih baik tunjukan performa hebat saja tiap hari.  Tidak kalah penting juga adalah jika badan sedang tidak fit, maka antisipasi dengan minum obat. Istirahat yang cukup, maka semua akan aman saja. Jangan paksakan sesuatu pada badan jika tidak kuat. Badan adalah investasi. Pekerjaan dimanapun pasti ada hikmah. Pasti ada rejeki barokah diberikan Allah. Dan kita wajib mensyukuri itu. Jadilah orang cerdas yang berikan makna, bukan penderitaan pada sesama.  Saya yakin bahwa pelabuhan Ende nanti akan menemui rintangan besar karena faktor alam. Dan itu tidak bisa dipungkiri. Mempermak sebuah pelabuhan perlu perhitungan matang. Untuk situasi yang tidak menentu dari segi perekonomian ma...