Saya pernah baca artikel di sosial media. Penulisnya nampak lega ketika bercerita. Kurang lebih seperti ini garis besar ceritanya:
Kota S merupakan kota yang tidak diinginkan seseorang yang awalnya jauh tinggal di sebuah kota seberang. Benci kata seseorang tersebut. Hiruk pikuknya, bahkan keributan dijalan kota itu. Sungguh tidak disukai oleh seseorang tersebut. Seseorang ini inginkan kedamaian, namun merantau ke kota S tidak bisa ia elakkan. Justu di kota S dia mendapatkan jodoh. Salah dia sendiri kepincut dengan seorang gadis Jawa nan aduhai. ya namanya saja jodoh, tidak bisa berkutik jika Allah berkehendak.
Seseorang ini berjenis kelamin laki-laki tentunya, bukan waria, seseorang ini masih normal. Kita beri nama Yuda saja supaya lebih mudah menghafalnya. Yuda memang masih muda, berdoa agar umur 30 tahun bisa nikah, namun Allah berkehendak lain, ia dijodohkan oleh Allah dengan sengaja. Jodohnya adalah anak kota bernama Tuti. Cantik khas Jawa. Bertemu saat Yuda parkir motor di mall, lalu tas Yuda jatuh, kemudian diambilkan oleh seorang gadis. Cantik, berhijab, sopan, dan kental bahasa Jawanya.
Keseharian Yuda setelah bekerja adalah langsung pulang. Orangnya tidak neko-neko, sayang istrinya. Wajar masih muda istrinya, tiga tahun di bawah Yuda. Kelebihan Yuda yaitu suka ngevlog, khas anak muda banget. Bahkan channel youtube nya sudah mencapai angka 26 ribu subscriber. Lumayan bisa buat tambahan penghasilan. Bahkan jika dia olah video yang cukup viral, banyak iklan yang mampir ke videonya, akhir bulan dapat gajian dari youtube, lumayan juga hasilnya. Namun fluktuatif. Pernah suatu ketika waktu itu, untuk memberikan jerih payah bagi dia sendiri, Yuda langsung beli sepatu, laptop lumayan mahal, dan handphone baru untuk istrinya, sebab hp istrinya sudah usang. Namun selebihnya di investasikan di platform reksadana. Yap, Yuda karakter investor yang low risk. Bertipekan investor yang agak takut, makanya ia pilih reksadana saja.
Yuda punya istri, namanya Tuti, awalnya memang anak desa, orangtua Tuti dulu tidak ajarkan menabung atau berinvestasi. Wajar pas berjodoh dengan Yuda, ia sangat foya-foya. Beda dengan Yuda, dulu Yuda pernah hampir miskin, mulai dari situ ia belajar hidup prihatin. Beda dengan istrinya. Sampai-sampai Yuda ambil keputusan, seluruh keuangan dia tangani sendiri, dan alhamdulillah, istrinya mengiyakan, karena istrinya tahu betul kelemahannya sendiri.
Ketika saya baca artikel cerita tersebut, ya walau fiksi, ini bisa diambil hikmahnya. Jika istri sudah merasa tidak bisa mengatur keuangan rumah tangga, sampaikan saja langsung pada suami. Boleh jadi suami akan membantu, ketimbang tidak membicarakan. Bakalan runyam nanti keuangan rumah tangga. Saya sepakat dengan langkah cerdas si Tuti.
Akhir-akhir ini, spesifiknya adalah, diperlukan banyak istri yang bisa jujur atas kelemahannya soal finansial rumah tangga. Cita-cita saya dan mungkin kalian yang membaca adalah menciptakan suasana pengadilan dimanapun-tidak ada kasus peceraian gara-gara soal finansial rumah tangga.
Komentar
Posting Komentar